Oke sebenarnya artikel ini sudah lumayan basi sih, dan sudah ada yang pernah menulis artikel ini, tapi ternyata masih banyak yang belum tau tentang arti kimcil itu sendiri, langsung saja saya repost kembali atikel ini yang saya dapat dari catatan teman ^^
Belakangan ini di Jogja makin banyak terdengar istilah kimcil. Secara etimologis kimcil merupakan singkatan dari "kimpet cilik" atau bisa juga "kimpol cilik'' (bahkan ada juga yang mengartikan sebagai kimplikan cilik). Secara terminologis kimcil kimcil diartikan sebagai cewek-cewek ABG, lebih khususnya cewek-cewek ABG yang kemayu, centil, sok imut. Biasanya kiimcil-kimcil ini haus akan pengakuan dan eksistensi, bahkan dalam lingkungan anak band (khususnya band ''indie/underground'') terkadang kimcil sering dikaitkan dengan groupies.
Range umur mereka antara 15-18 tahun, tampil modis dengan baju-baju distro, berlagak sok aneh/freak, suka cari perhatian dengan bertingkah sok nakal demi pengakuan (termasuk didalamnya: merokok, minum-minuman keras, bertingkah sok bitchy), terkadang over kemayu dan sok manja demi mencari perhatian.
Dilingkungan musik cutting edge Yogyakarta, fenomena kimcil sedang mengalami euforia. Jika pada beberapa tahun ke belakang acara musik cutting edge hanya melulu didominasi kaum adam nan sangar, sekarang kita dapat dengan mudah menemukan gadi-gadis remaja nan wangi dalam berbagai acara musik cutting edge.
Sebuah fenomena yang wajar sebenarnya, mengingat perkembangan lalu lintas komunikasi dan informasi yang sedemikian dahsyatnya. Sekarang ini informasi tentang hal-hal yang berada diluar mainstream semakin mudah didapat. Subkultur dan musik cutting edge seperti HC/punk, emo,indie-pop, shoegaze, dan lain sebagainya yang dulu dianggap aneh sekarang dianggap keren. Sekarang ini bagi sebagian remaja, semakin kita berusaha terklihat aneh maka kita akan dianggap semakin keren. Justru mereka yang terlalu mengikuti tren mainstream justru akan di cap sebagai alay an that's so uncool.
Hal seperti tersebut di ataslah yang memotivasi banyaknya remaja-remaja yang ingin terlihat cool dengan mengikuti subkultur cutting edge, pencarian akan pengakuan ini mengirim mereka ke sebuah dunia baru, sebuah neverland yang bagi jiwa-jiwa tersesat yang melarikan diri dari tekanan dunia orang dewasa. Tekanan yang telah merenggut hak-hak bermain dan berekspresi mereka. Lihatlah bagaimana remaja sekarang ini sedari kecil sudah didesak oleh segala kewajiban akademis mereka, kebebasan bermain dan berekspresi mereka pun tergerus oleh laju pembangunan yang semakin berorientasi profit tanpa mengindahkan berapa banyak jiwa yang rusak.
Tapi sayangnya lagi, kehadiran mereka di ''neverland'' baru ini ternyata juga masih tak lepas dari eksploitasi orang yang lebih tua. Beberapa orang dewasa dalam neverland ini hanya memandang gadis-gadis remaja itu hanya sebagai obyek semata, kehadiran mereka hanya dianggap sebagai bunga yang menyediakan madunya untuk dihisap madunya ramai-ramai dan akhirnya gadis-gadis remaja itu akan layu sebelum berkembang.
Kehadiran gadis-gadis remaja tersebut bukanlah hal yang salah, tingkah mereka yang terkesan ingin mencari eksistensi karena mereka memang sudah kehilangan eksistensi jiwa mereka sedari kecil, tingkah mereka yang terkesan mencari perhatian karena memang jiwa mereka butuh perhatian dan bukan payudara, pantat, atau vagina mereka. Maka dari itu menurut saya nggak usah deh terlalu lebay menanggapi kehadiran gadis-gadis remaja tersebut, toh mereka bisa aja kita anggap sebagai adik-adik atau teman-teman kecil kita, biasa wae.